Social Media : Ketika Yang Maya Lebih Indah Dari Yang Nyata
Last Update:

2024-05-03 09:00:03

Terdapat pendapat bahwa kemunculan Social Media adalah dimulai saat Samuel Morse mengirimkan pesan telegraf untuk kali pertama kepada publik pada tahun 1844.

Kemudian pada tahun 1969, Komunikasi digital berkembang seiring dengan internet modern yang dipelopori oleh Advanced Research Projects Agency Network (Arpanet). Jaringan digital ini diciptakan oleh Departemen Pertahanan AS untuk menghubungkan para ilmuwan saat saling berbagi perangkat lunak, perangkat keras, dan data lainnya.

Sekitar tahun 1970-an, ditemukan suatu sistem papan buletin untuk menghubungkan manusia melalui surat elektronik atau mengunggah dan mengunduh perangkat lunak. Aktivitas ini masih dilakukan menggunakan saluran telepon yang terhubung dengan modem.

Tahun 1980 hingga 1990-an, komputer sudah mulai banyak digunakan dan social media seperti “Relay Chat” menjadi populer.

Tahun 1997 muncul “Six Degrees”. Aplikasi ini memungkinkan pengguna mengunggah foto profil dan saling berteman dengan user lain. Hingga kemudian bermunculan berbagai social media lainnya seperti MSN, MySpace, Yahoo!, Friendster, Foursquare, Facebook, Path, Twitter, Instagram, TikTok dan sebagainya.

BERBAGAI MANFAAT SOCIAL MEDIA

Kalian pasti sudah sangat paham bagaimana peran social media sebagai sarana komunikasi, informasi, atau marketing. Social media memungkinkan manusia untuk bersosialisasi, tanpa batasan ruang maupun waktu.

Lebih dari itu Social media juga menjadi sarana dalam membagikan ilmu atau edukasi. Materi-materi yang sebelumnya hanya menjadi konsumsi bidang ilmu tertentu, menjadi mungkin untuk bisa dibagikan ke berbagai kalangan secara tak terbatas.

Kita yang tak paham ilmu ekonomi dapat mengakses berbagai informasi tentang cara mengelola keuangan. Begitu Pula ilmu parenting, psikologi, kesehatan, hukum dan lainnya.

Kita juga bisa mendapatkan berbagai rekomendasi produk, tempat wisata, kuliner, yang lengkap dengan foto, video dan review penggunanya. Hal ini memudahkan kita untuk memilih produk sesuai dengan kebutuhan kita dan mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan.

Bingung menggunakan alat atau menyelesaikan masalah tertentu? Kita dapat dengan sangat mudah menemukan tutorial cara penggunaan produk, dengan rincian tahapan yang detail dan lengkap. Tentu ini memudahkan kita, dalam menyelesaikan berbagai masalah. Kita tak perlu lagi menghabiskan waktu dan biaya dengan memanggil tukang atau menghubungi customer service.

Banyak hal yang ternyata dapat kita selesaikan sendiri melalui panduan dari social media.

Bagi organisasi dan tokoh publik, social media juga dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam penggalangan massa, mencari simpati, pembentukan personal branding dan membentuk opini publik. Biayanya jauh lebih murah dan dalam waktu yang lebih singkat.

Social media juga membawa banyak pengaruh baik pada perekonomian. Platform ini membuka banyak peluang ekonomi, lapangan kerja dan dapat menambah penghasilan bagi pekerja kreatif.

Siapa saja dapat menjadi youtuber, selebgram atau influencer. Social media menjadi ruang untuk menunjukkan karya, opini, pengetahuan dan berbagai kemampuan kreatif lainnya yang dapat menghasilkan uang. Pendapatan yang dihasilkan pun nilainya bisa jauh melebihi pekerja formal. Hal ini tentu menjadi solusi bagi mereka yang kesulitan mendapat pekerjaan, hingga dapat mengurangi angka pengangguran.

Namun layaknya dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan, segala kemudahan dan kelebihan social media ini juga membawa dampak buruk bagi masyarakat.

DAMPAK BURUK SOCIAL MEDIA

Berita Hoax

Social media menjadi salah satu alat penyebaran berita hoax yang sering menimbulkan keresahan, kebencian dan amarah masyarakat. Framing informasi yang tidak tepat atau memang sengaja dilakukan untuk kepentingan tertentu, seringkali menjadi pemicu gerakan masyarakat yang justru semakin meresahkan dan menimbulkan konflik.

Pencitraan

Social media memungkinkan kita mencitrakan diri sesuai keinginan kita, meskipun tidak sesuai kenyataan. Penggunaan filter foto atau pencurian foto sering terjadi untuk memperlihatkan kesan hebat dan sukses. Sehingga sering terjadi penipuan dan pemalsuan identitas.

Cyber bullying

Melalui social media, kita dapat menjadi siapa saja. Bisa mengeluarkan opini, pendapat, umpatan, kritikan dan ujaran kebencian dengan menggunakan identitas palsu dan tidak diketahui siapapun.

Sehingga seseorang dapat menumpahkan segala emosi dan kata-kata buruk yang bahkan tidak dapat dia lakukan di dunia nyata.

Cyber bullying banyak memenuhi kolom komentar bahkan sering dilakukan dengan membuat post khusus untuk mengungkapkan aib seseorang.

Tentu hal ini dapat memberikan dampak negatif bagi seseorang yang mendapat bully.

Membuat stres hingga mengganggu mental seseorang. Hingga banyak kasus percobaan bunuh diri terjadi akibat cyber bullying.

Kecanduan

Berapa lama waktu yang kalian habiskan dalam aplikasi social media? Menggunakan social media dapat meningkatkan hormon kebahagiaan atau dopamine. Bila kita tidak dapat mengendalikan diri, bisa membuat kita menjadi malas, tidak fokus dan tidak produktif.

Kecemasan

Social media memungkinkan kita untuk melihat kehidupan orang lain. Secara tidak sadar kita jadi membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain, dan mengurangi rasa syukur atas nikmat yang telah kita peroleh. Seolah-olah pada umur tertentu kita harus bisa mencapai tingkat kesuksesan dan pencapaian yang sama.

Hal ini menimbulkan stress, kecemasan hingga dapat menyebabkan depresi. Padahal kehidupan di social media tidak selalu nyata dan seindah apa yang terlihat.

Beberapa orang juga mengalami kecemasan ketika postingan yang telah dibagikan tidak mendapatkan respon like sesuai harapan. Berbagai kekhawatiran muncul. Apakah kita tidak menarik, apakah postingan ini salah, apakah postingan ini berbahaya, berkutat di dalam kepala.

Belum lagi jika muncul berbagai komentar yang tidak sesuai harapan.

Mengganggu kesehatan

Kecanduan dan kecemasan berlebih kemudian akan dapat mengganggu kesehatan. Kesulitan tidur dan stress dapat mengganggu kinerja organ tubuh yang lain, sehingga muncul berbagai gangguan kesehatan.

Belanja Impulsif

Di Social media kita tidak dapat membatasi berbagai informasi yang muncul di halaman kita. Berbagai penawaran produk baik dari brand, maupun para influencer dengan berbagai trik marketing dan psikologi, mampu menggerakkan keinginan kita untuk berbelanja.

Jika kita tidak memiliki kesadaran dalam mengelola keinginan dan keuangan, maka kita akan mudah berbelanja secara impulsif.

Salah paham

Tidak tampaknya bahasa tubuh dan berbagai bahasa non verbal lainnya, membuat interaksi di social media membuat kita sering salah paham. Kita tidak tahu apakah kita mengirimkan pesan pada saat yang tepat atau tidak. Sehingga hal-hal yang dimaksudkan untuk bercanda pun dapat menjadi serius dan merusak hubungan pertemanan.

Role Model yang salah

Anak dan remaja saat ini sudah dapat mengakses social media dengan bebas. Kita tidak pernah tahu apa saja yang muncul dalam beranda mereka. Sementara mereka belum cukup dewasa untuk tahu mana yang benar dan salah.

Akibatnya mereka sering mengikuti berbagai contoh role model yang salah. Kata-kata kotor, perilaku menyimpang, trend yang salah atau hal-hal lain yang membahayakan keselamatan.

Hilangnya privasi dan data pribadi

Sejak era social media, kita seolah-olah dapat mengetahui berbagai informasi dan data privasi seseorang melalui social medianya. Kesalahan dapat bermula dari kita sendiri yang over-sharing tentang kehidupan pribadi.

Hingga data-data kita dapat dengan mudah diketahui orang lain.

Kalian mungkin menganggap foto hari pertama anak sekolah adalah momen yang perlu diabadikan dan diposting di social media. Namun dari foto tersebut, orang mengetahui data nama ibu, nama anak dan lokasi sekolah. Orang yang memiliki niat jahat juga dapat memantau siapa saja yang sering berinteraksi dengan kalian, dan tempat yang sering kalian kunjungi.

Berkurangnya interaksi langsung

Social media membuat kita lebih senang memandang layar handphone daripada berinteraksi langsung dengan manusia lain. Orang yang berada dalam jarak yang jauh seolah dekat, namun kita justru mengabaikan orang-orang yang benar-benar ada di sekitar kita.

The more social media we have, the more we think we’re connecting, yet we are really disconnecting from each other.

Semakin banyak social media yang kita miliki, semakin kita berpikir bahwa kita saling terhubung, namun sesungguhnya kita benar-benar terputus satu sama lain. — JR

BIJAK DALAM MENGGUNAKAN SOCIAL MEDIA

Social media bisa menjadi sesuatu yang sangat berarti, sekaligus menjadi sesuatu yang berbahaya, tergantung bagaimana perilaku penggunanya. Perlu kesadaran diri dan kedewasaan dalam bersocial media agar terhindar dari berbagai permasalahan.

Jaga etika

Jaga emosi dan etika ketika membuat konten atau berkomentar di social media. Hindari penghinaan dan perkataan yang dapat menyebabkan konflik, dan berpotensi menyeret kita pada masalah hukum.

Jaga privasi data

Lindungi privasi dan data pribadi yang penting agar tidak disalah gunakan oleh orang yang tak bertanggung jawab.

Hindari over-sharing

Posting secukupnya, hindari mengumbar masalah pribadi, aib keluarga atau menyerang orang lain.

Selalu kroscek

Lakukan kroscek ke berbagai sumber sebelum mempercayai dan menyebarkan suatu informasi.