"Employee who believe that management is concerned about them as a whole person --not just an employee-- are more productive, more satisfied, more fullfilled. Satisfied Employees mean satisfied customers, which lead to profitability"

--Anne Mulcahy

 

Gen Z awal, terlahir (1996-2000) sudah dan akan memasuki dunia kerja. Mereka memiliki ekspektasi berbeda terhadap perkerjaan dan lingkungan kerja: ingin gaji saat ini yang tinggi dan lingkukangan kerja yang cozy. Mereka tak mengharapkan job security: menjadi karyawan tetap dan mendapat fasilitas kesehatan, misalnya.

Turn over 1-2 tahun kaum ini dinilai sebagai hal kurang wajar bagi perusahaan yang akan menyiapkan next generation leader, dalam proses perekrutan, selesi, hingga pengembangan karier mereka. Kini saatnya perusahaan harus memformulasi untuk menciptakan keterikatan (engagement) jangka panjang antara perusahaan dan keryawan yang menguntungkan kedua belah pihak.

Bagi karyawan (employee), benefit yang diperoleh adalah mendapatkan setidaknya peningkatan keterampilan dan pengetahuan selama bekerja, kompensasi yang menarik dibanding rata-rata industri, pengembangan karier yang menjanjikan di masa mendatang. Atau bisa kita sebut 3C for employee, yaitu:

1. Competency : Training and Development

Perusahaan harus meningkatkan kompetensi karyawan melalui pelatihan dan pengembangan. Kompetensi untuk karier mereka berikutnya harus disiapkan dan gap kompetensi antara kompetensi personal dan posisi saat ini juga diperbaiki. Perusahaan huga harus mampu menyiapkan matriks kompetensi yang sesuai dengan visi, misi dan nilai perusahaan ke arah kompetensi generik dan kompetensi teknis dalam silabus kompetensi perusahaan. Arah pengembangan kompetensi ini menjadi daya tarik karyawan untuk memilih bertahan atau berkarier di perusahaan lainnya.

2. Compensation

Kompensasi yang diberikan menjadi daya tarik karyawan, khususnya bagi generasi milenial. Benefit yang diberikan dalam bentuk finansial (gaji, bonus, insentif dan tunjangan-tunjangan lainnya) dan nonfinansial (libur, cuti, dan fasilitas non-uang).

3. Career Path

Karyawan juga perlu diperhatikan jenjang karier mereka ke depan setelah bergabung dengan perusahaan nantinya. Karier yang dimaksud adalah posisi struktural dan non-struktural yang akan diperoleh karyawan selama bekerja di perusahaan hingga usia pensiun nanti. Di samping karier, penugasan-penugasan (assignment) proyek yang menantang juga harus disiapkan agar mereka tidak "bosan" dengan posisi saat ini. Bentuk penugasan dapat berupa: peluncuran produk baru, unit bisnis baru, anak usaha baru. Mereka bisa dilibatkan sebagai project manager.

Sebalik, perusahaan (employer) juga ingin mendapatkan benefit jangka panjang dari keterikatan tersebut. Kita sebut 3C for employer, yaitu:

1. Commitment

Komitmen sehidup semati layaknya pasangan pernikahan juga diharapkan oleh perusahaan. Sebab, masalah turn over juga menjadi perhatian penting. Tidak menjadi kutu loncat yang sebentar-bentar berpaling dan berpindah ke perusahaan lain. Komitmen ini perlu dijembatani dengan memberikan beasiswa pendidikan jangka panjang (S2 atau S3) atau kursus di luar negeri, yang sekaligus menuntut mereka untuk menciptakan profit bagi perusahaan.

2. Contribution

 Kontribusi fisik dan kinerja: dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan physical touch karyawan sangat dibutuhkan agar mereka mampu memberikan kinerja total bagi perusahaan. Perusahaan juga harus mampu menciptakan lingkungan kerja yang menumbuhkembangkan kreativitas dan inovasi karyawan. Dengan begitu, ide-ide mereka dapat disalurkan menjadi produk dan layanan yang menguntungkan.

3. Capital

 Pada akhirnya, para generasi milenial dan gen Z menjadi aset nirfisik perusahaan. Mereka menjadi SDM perusahaan yang kompetitif dalam menghadapi persaikan lokal, regional, dan global nantinya.

Kedua mutual benefit ini harus dikelola dengan baik oleh praktisi SDM, agar keterikatan ini menguntungkan kedua belah pihak.