Sopan Santun dan Ramah Tamah: Wajah Sejuk Orang Indonesia
Last Update:

2025-06-26 08:16:56

Sopan Santun dan Ramah Tamah: Wajah Sejuk Orang Indonesia

Kalau ada satu hal yang bikin orang luar negeri betah tinggal di Indonesia, salah satunya pasti karena sikap ramah dan sopan santun masyarakatnya. Dari desa kecil sampai kota besar, kita akan sering menemukan orang yang murah senyum, ringan tangan membantu, dan tahu bagaimana bersikap baik kepada orang lain, bahkan kepada orang yang belum dikenal sekali pun.

Budaya sopan santun sudah diajarkan sejak kecil di keluarga. Mulai dari ucapan “permisi”, “maaf”, dan “terima kasih”, sampai dengan bagaimana cara duduk di depan orang tua atau menunduk sedikit saat lewat di depan orang lain. Hal-hal kecil yang mungkin kelihatan sepele, tapi sebenarnya membentuk karakter bangsa yang penuh hormat dan tahu diri. Bukan karena takut, tapi karena menghargai. Orang tua tidak hanya dimuliakan karena umur, tapi juga karena dianggap sebagai sumber kebijaksanaan dan pengalaman.

Di sekolah pun nilai-nilai ini diperkuat. Guru dianggap sebagai orang tua kedua. Kita diajarkan untuk tidak menjawab seenaknya, apalagi menyela. Kalau mau bicara, angkat tangan dulu. Kalau mau izin, harus pakai kalimat lengkap dan sopan. Bahkan cara berpakaian pun diajarkan agar mencerminkan rasa hormat terhadap orang lain dan terhadap diri sendiri.

Lalu soal ramah tamah, ini mungkin yang paling khas dari kita. Di banyak tempat, kalau ada tamu datang, entah itu saudara jauh atau teman baru, biasanya langsung disuguhi minuman, makanan ringan, bahkan diajak makan besar. Tamu seringkali dianggap sebagai “berkah”, bukan beban. Di kampung, jangan kaget kalau orang yang belum kenal pun menyapa dengan hangat seolah sudah lama kenal. Senyum dan sapaan “dari mana, Pak?” atau “mau ke mana, Bu?” adalah hal biasa, dan itu bukan basa-basi semata. Itu cara kita menunjukkan bahwa kita melihat dan peduli.

Meskipun zaman terus berubah, semoga budaya sopan santun dan ramah tamah ini tetap hidup. Jangan sampai terkikis oleh gaya hidup serba cepat dan komunikasi digital yang kadang bikin kita lupa caranya menyapa dengan hangat atau mengucapkan terima kasih dengan tulus. Justru di tengah dunia yang makin individualistis, sikap ini bisa jadi pembeda dan pengingat bahwa manusia tidak hanya butuh koneksi internet, tapi juga koneksi hati.

Seperti kata pepatah Jawa, "Ajining dhiri saka lathi, ajining rogo saka busana" – harga diri seseorang terlihat dari tutur katanya, dan kehormatan raganya terlihat dari cara ia berpakaian. Dan dari semua itu, Indonesia punya banyak alasan untuk bangga. Karena keramahan dan kesantunan bukan hanya tradisi, tapi napas dari kehidupan sosial kita sehari-hari.