Belut listrik, terutama dari genus Electrophorus, adalah makhluk unik di perairan tawar Amerika Selatan yang mampu menghasilkan tegangan listrik hingga 860 volt untuk memburu mangsa atau mempertahankan diri. Karena kemampuan tersebut, berkembang mitos bahwa mereka kebal terhadap listriknya sendiri. Namun kenyataannya, belut listrik dapat mengalami efek balik, terutama ketika berada di luar air.
Belut listrik memiliki tiga organ penghasil listrik: organ utama, Hunter, dan Sachs. Organ-organ ini mencakup sekitar 80 persen volume tubuh dan terdiri dari ribuan elektrocytes, sel khusus yang menghasilkan arus listrik secara berurutan, mirip dengan baterai mini. Tegangan listrik ini digunakan untuk electrolokasi (tegangan rendah), serangan bertahap (tegangan rendah-menengah), hingga sengatan besar yang dapat mencapai 860 volt.
Bagian depan tubuh belut listrik, tempat organ vital seperti jantung dan otak berada, relatif terlindung dari arus listrik karena organ penghasil listrik berada di bagian belakang. Belut juga mengontrol arus dengan posisi tubuh, misalnya menggulung tubuhnya saat menyerang mangsa, sehingga sebagian besar listrik dialirkan menjauh dari dirinya sendiri.
Air adalah media yang sangat baik menghantarkan listrik. Saat belut listrik berada di air, listrik yang dihasilkan cepat menyebar melalui medium ini dan diarahkan ke mangsa. Namun jika belut dibawa keluar dari air—media yang kurang konduktif—listrik tidak mudah mengalir ke luar sehingga dapat berbalik ke tubuh belut sendiri, menyebabkan kejang atau “self-shock”. Ahli biologi Jason Gallant mengobservasi bahwa beberapa belut yang dikeluarkan dari air benar-benar mengalami kejang.
Peneliti Kenneth Catania mencatat bahwa belut listrik mampu menghasilkan hingga 860 volt dengan arus sekitar 1 ampere, dan energi sekitar 63 watt. Dalam eksperimen, Catania menguji sensasi sengatan ini pada dirinya sendiri dan menyebutnya mirip duduk dekat pagar listrik peternakan—cukup menyakitkan.
Awalnya dikenal hanya satu spesies, E. electricus, penelitian terbaru mengidentifikasi tiga spesies: E. electricus, E. varii, dan E. voltai. E. voltai tercatat sebagai spesies yang menghasilkan tegangan tertinggi, hingga 860 volt.
Sejak abad ke-18, ilmuwan seperti John Hunter dan Carl Sachs sudah meneliti anatomi dan fungsi organ listrik belut. Mereka pertama kali menyebut organ Sachs yang bertindak sebagai stabilisator tegangan. Penelitian modern oleh Kenneth Catania dan lainnya menekankan bahwa proteksi tubuh belut adalah berbasis struktur organik dan kondisi lingkungan (air), bukan kebal secara biologis.
Mitos bahwa belut listrik kebal terhadap listriknya sendiri terlalu sederhana. Faktanya, keselamatan belut bergantung pada:
Keberadaan di dalam air sebagai media konduktor.
Struktur organ penghasil listrik dan pengaturan posisi tubuh.
Di luar kondisi ideal, belut bisa terkena balik arus, mengalami kejang, dan merasa ‘tersetrum’.
Secara ringkas:
Belut listrik tidak sepenuhnya kebal; mereka rentan terhadap listriknya sendiri jika berada di luar air.
Perlindungan berasal dari desain organ serta kondisi media yang mendukung.
Tegangan hingga 860 volt cukup untuk melumpuhkan mangsa besar atau bahkan manusia.
Belut listrik merupakan contoh menarik dari adaptasi biologis yang kompleks, di mana kekuatan dan kerentanannya tergantung pada lingkungan dan penataan struktural tubuh.