Kemelekatan dalam bahasa Pali disebut sebagai Upadana. Salah satu penyebab dari timbulnya derita adalah “upadana : kemelekatan”, yang menutup mata bathin seseorang sehingga tidak mampu membedakan perbuatan “apa” yang seharusnya diperbuat dan perbuatan “apa” pula yang seyogianya disirnakan.
Buddha mengajarkan empat kesunyataan mulia dalam kehidupan, yang diawali dengan terdapatnya penderitaan. Namun, sesungguhnya tidak dapat hanya berhenti di situ, masih ada kelanjutannya, yaitu adanya penyebab dari penderitaan, adanya akhir dari penderitaan, dan adanya jalan mengakhiri penderitaan. Kebenaran-kebenaran dari empat kesunyataan mulia itu merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Ketidakmampuan dalam menyelami substansi kebenaran tersebut dapat menjadikan pandangan yang salah.vSetidaknya terdapat lima unsur kemelekatan yang oleh Guru Agung Buddha untuk dihindari, yakni kemelekatan pada: bentuk fisik, perasaan, persepsi, buah pikiran, dan kesadaran. Jika dalam kehidupan ini kita senantiasa terbelenggu oleh kelima hal itu, tentu penderitaan akan menyelimuti kehidupan. Manakala kita melekat atas kekurangan dari kelima unsur tersebut, penderitaan akan menyertainya, atau sebaliknya jika kita ingin terus mempertahankan kelebihan dari kelima unsur tersebut, juga akan timbul penderitaan. Hal ini terjadi karena kita semua menyadari bahwa segala sesuatu yang terbentuk adalah tidak kekal adanya. Kesemuanya akan terus berubah dan bahkan mengalami kelapukan.
Contoh kemelekatan dalam kehidupan nyata:
Ketika pertama kali mencicipi rujak buah, terasa enak, asam, manis dan sedap, nikmat rasanya. Selesai menyantap rujak buah, ia merasa puas. Rasa enak ini dicatat dalam kenangan bawah sadar. Ketika dalam perjalanan melihat penjual rujak, muncul kenangan rasa nikmat tersebut, tanpa sadar air liurnya keluar. Rasa nikmat yang ingin diulang, diulang lagi, inilah kemelekatan, upadana. Bahkan hanya karena ingin menikmati sebungkus rujak buah, ia harus pergi ke tukang rujak buah, naik kendaraan, berpanas-panas, buang waktu hanya untuk mengulang menikmati rasa rujak buah tersebut. Kemelekatan pada rujak buah membawa beban, untuk menikmati harus membuang waktu, uang, tenaga hanya demi menikmati sebungkus rujak buah.
Kemelekatan bukan saja ada karena keinginan untuk menikmati, tapi juga karena kebencian. Jika masuk ruangan besar, yang pertama adalah yang dibenci, agar duduk berjauhan dengannya. Dilanjutkan mencari yang kita sukai, agar duduk berdekatan. Cinta dan benci selalu mencari, cinta dan benci adalah kemelekatan. Tanpa sadar kita mencari info mengenai orang yang dibenci, tunjuannya adalah untuk melihat penderitaanya, menikmati kesusahannya. Kebencian menuju ke arah kemelekatan.
Keserakahan dan kebencian menimbulkan kemelekatan (upadana), yang akhirnya menjadi beban hidup. Hidup menjadi jauh lebih terbebani dengan kemelekatan, makin banyak kemelekatan, hidup makin terbebani, makin menderita. Jika dengan usaha sungguh-sungguh, maka kemelekatan dapat dikikis, ketika kemelekatan berkurang, perlahan-lahan beban kehidupan menjadi berkurang, hidup menjadi lebih ringan, lebih damai.