Intermittent fasting menjadi salah satu gaya hidup sehat yang populer belakangan ini. Merupakan metode diet yang menerapkan pola makan dengan menentukan periode batasan untuk puasa dan waktu makan.
Cara diet yang satu ini memang menjadi tren kesehatan karena diklaim efektif menurunkan berat badan, meningkatkan kesehatan metabolisme, dan bahkan dapat memperpanjang umur.
Saat ini, ada tiga metode intermittent fasting yang banyak digunakan oleh pakar diet yakni Metode 16/8, Eat-stop-eat, dan Diet 5:2
Pastinya terdapat pola intermittent fasting lain yang bisa dipilih dan disesuaikan sendiri agar aman dan membuahkan hasil yang diinginkan. Meski puasa intermiten lebih berfokus pada kapan waktunya makan, jenis makanan juga penting menjadi perhatian agar kebutuhan nutrisi tiap hari bisa tercukupi.
Secara umum, manfaat intermittent fasting adalah membantu penurunan berat badan atau menjaga berat badan yang sehat serta meningkatkan kesehatan metabolisme.
Kesehatan metabolisme menandakan seberapa baik tubuh memproses energi yang biasanya diukur dari tekanan darah, kadar gula darah, serta kadar lemak darah.
Dengan berpuasa, akan terjadi defisit kalori yang berarti tubuh punya kalori lebih sedikit dari yang dibutuhkan untuk menjaga berat badan saat itu. Karena itu, banyak orang melakukan puasa demi mengejar defisit kalori untuk menurunkan berat badan.
Walau menawarkan banyak manfaat, intermittent fasting mengandung risiko yang harus menjadi pertimbangan sebelum mempraktikkanya. Risiko dan efek samping ini terutama bisa muncul bila tak menjalankan metode puasa dengan aman, diantaranya kekurangan nutrisi bila tidak makan gizi seimbang, gangguan makan, atau merasa lemas dan tak bernergi