Paus Fransiskus dan Kesederhanaan Seorang Pemimpin
Last Update:

2024-09-06 16:27:15

Begitu Paus Fransiskus mendarat di Jakarta, sorotan orang langsung tertuju pada mobil yang dikendarainya, dari bandara menuju ke kedutaan Vatikan, bahkan juga dalam perjalanannya selama kunjungan Paus di Indonesia. Innova zenix, mobil sesuai yang dipakai orang Indonesia pada umumnya. Cukup banyak yang lalu membandingkan dengan mobil-mobil yang dipakai oleh para pemimpin negeri ini, bahkan para pemimpin agama. Kalau kita melihat gaya hidup Paus Fransiskus kita tidak akan heran dengan pilihan yang dibuatnya. Selama menjadi Uskup di Buenos Aires Argentina, Bergoglio memilih tinggal di apartemen biasa dan bukan di wisma uskup, dan setiap hari naik kendaraan umum dari apartemennya ke kantor keuskupanMalahan tidak jarang, dia melakukan kunjungan pastoral dengan menaiki transport publik, apalagi dia sering mengunjungi umat di kampung-kampung kumuh. Hari setelah terpilihnya menjadi Paus, Fransiskus menaiki mini bus menuju ke penginapannya selama masa konklaf untuk mengambil barang-barangnya, malahan kemudian mengeluarkan uang membayar biaya penginapannya. Beberapa kali dia memang melakukan perjalanan bersama dengan para kardinal dan staf kuria Vatikan dengan bersama-sama mengendarai bis. Malahan mudah kita temukan foto atau kisah tentang Paus yang bisa tiba-tiba berhenti di tengah jalan, saat melakukan perjalanan ke suatu tempat, untuk menyapa mereka yang sakit atau pun anak-anak yang berjajar di tempat yang dilaluinya.

Sebagai Paus, Fransiskus pun tidak tinggal di wisma kepausan, yang menurutnya terlalu besar dan mewah. Dia memilih tinggal di apartemen Santa Marta lantai 2. Apartemen tersebut biasanya ditempati oleh para tamu atau juga beberapa pejabat Vatikan.  Ruang kerjanya pun sederhana, tanpa banyak aksesori. Dia mengatakan ingin tetap dekat dengan orang, tidak suka kalau terpisahkan dari yang lain karena alasan jabatannya. Kiranya salah satu penderitaan seorang Paus adalah seakan terpisah, atau malahan dipisahkan dari yang lain, sehingga bisa kurang sentuhan akan realitas atau malahan karenanya kurang kenal sungguh dengan pergulatan orang di tengah kenyataan hidupnya. Paus Fransiskus hendak mengurangi jarak tersebut.  

Kita hidup di tengah masyarakat dengan kultur yang cenderung memuja penampilan, terpukau akan apa yang tampak. Akibatnya kita mudah membayangkan kebesaran dan kemegahan. Kita bisa menyimaknya dengan pameran kemewahan yang seakan lazim ditampilkan dalam media, berjajarnya rumah maupun mobil mewah, dan bahkan pesawat pribadi bisa mudah kita telusuri. Lepas dari persoalan darimana mereka mendapatkan semua itu, namun kita perlu bertanya untuk apa semua itu, apalagi lalu dipamerkannya.

Paus Fransiskus datang membuka mata kita bahwa apa yang lebih pokok dan mendasar dalam kehidupan ini: kesederhanaan dan keberanian memeluk hal yang biasa. Semakin seseorang sederhana dan berani apa adanya, dia akan semakin mudah menjumpai sesama, terlebih yang kecil, miskin dan menderita. Semakin pula dengannya kita memberikan kesaksian akan apa yang paling pokok dan mendasar dalam hidup ini, tidak bergantung pada aksesori yang lebih sekedar sebagai pulasan saja. Pesan Paus: jangan takut menjadi sederhana dan biasa.