sumber : https://www.alodokter.com/ciri-ciri-burnout-dan-cara-mengatasinya
Burnout dipicu dari stress berat di tempat kerja yang tidak bisa diatasi dan membuat penderitanya kehilangan semangat untuk kerja, bahkan kehilangan minat untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Setiap orang pasti pernah merasa kelelahan dan stress dalam bekerja. Akan tetapi, seseorang yang mengalami burnout cenderung memiliki ciri-ciri berikut ini :
- Hilangnya semangat bekerja dan kelelahan. Salah satu ciri burnout adalah hilangnya semangat bekerja dan minat terhadap pekerjaan yang sedang dikerjakan. Tetap bekerja tanpa adanya semangat dapat menguras banyak energi sehingga memicu kelelahan.
- Benci dengan pekerjaan yang digeluti. Burnout bisa menyebabkan stres dan frustrasi saat bekerja. Ini membuat seseorang menjadi sulit berkonsentrasi, merasa tidak kompetenterbebani, dan akhirnya membenci pekerjaan yang sedang ia geluti.
- Performa kerja menurun. Burnout juga bisa menyebabkan performa kerja menurun. Hal ini dipicu oleh hilangnya minat terhadap pekerjaan yang sedang digeluti, sehingga hasil yang didapat menjadi kurang memuaskan.
- Mudah marah. Orang yang sedang merasakan burnout cenderung akan mudah untuk marah, apalagi jika semuanya tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi. Ditambah lagi, performa kerja yang menurun dapat menyebabkan pekerjaan terus menumpuk. Hal ini dapat memicu stres dan emosi yang membuat penderita burnout jadi lebih sensitif.
- Menarik diri dari lingkungan sosial. Stres dan frustrasi akan pekerjaan membuat penderita burnout bersikap sinis terhadap orang-orang yang bekerja dengan mereka. Pekerjaan yang digelutinya dianggap sebagai beban hidup sehingga membuat mereka enggan atau berhenti bersosialisasi dengan rekan kerja, teman, maupun anggota keluarga yang terlibat dalam pekerjaan tersebut.
- Mudah sakit. Burnout yang terjadi secara berkepanjangan atau tidak diatasi dengan baik dapat membuat imunitas tubuh menurun. Kondisi ini dapat membuat seseorang rentan terkena flu, pilek, sakit kepala, dan sakit perut. Selain itu, risiko untuk alami gangguan tidur, gangguan kecemasan, dan depresi dapat meningkat.