Break to Be More Productive
Teacher

DITA LORENZA

Last Update:

2025-06-26 14:21:14

Bagi banyak orang, menjadi produktif sering diartikan sebagai bekerja lebih lama. Rasanya masuk akal—semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk tugas pekerjaan, semakin banyak pula yang bisa diselesaikan. Namun, menjadi “selalu aktif” punya harga mahal. Dalam survei terbaru dari Aflac, 59% karyawan mengaku mengalami burnout. Sementara itu, tingkat keterlibatan di tempat kerja justru menurun. Ini jadi peringatan serius, karena kelelahan tinggi dan keterlibatan rendah sama-sama berkaitan dengan turunnya performa. Lalu, bagaimana caranya menjaga kesehatan mental tanpa mengorbankan produktivitas? Mungkin, kuncinya justru ada pada berhenti sejenak.

Kenapa jeda itu penting? Seperti baterai, tenaga fisik dan mental manusia punya batas. Ketika "daya" mulai habis, tubuh terasa lelah, kepala penuh, dan stres pun meningkat. Memaksa diri untuk terus bekerja saat energi menipis justru bisa memperburuk kondisi—bukan hanya pekerjaan jadi berantakan, tapi juga bisa menimbulkan kesalahan yang berujung pada kerjaan tambahan. Semakin dikejar, justru semakin lelah dan tidak efektif.

Jeda yang lama belum tentu lebih baik. Justru istirahat singkat tapi rutin (micro-breaks)—seperti ngemil, peregangan, atau menatap jendela—bisa cukup untuk menghindari kelelahan dan menjaga fokus. Waktu istirahat juga penting: pagi hari cocok untuk jeda pendek, sedangkan sore hari lebih pas untuk istirahat yang agak panjang karena energi semakin menurun. Tempat juga berpengaruh besar. Duduk santai di meja dan jalan-jalan ke luar mungkin sama-sama terlihat ringan, tapi efeknya beda. Berada di luar ruangan, terutama dekat ruang hijau, lebih efektif untuk mengisi ulang tenaga dibanding hanya duduk di meja kerja.

Aktivitas fisik seperti olahraga terbukti baik untuk kesehatan mental dan performa kerja—terutama bagi yang tugasnya banyak melibatkan otak. Tapi efeknya hanya bertahan singkat, jadi perlu dilakukan rutin. Sayangnya, banyak orang lebih memilih scrolling social media dan ternyata bisa menyebabkan kelelahan emosional dan menurunkan kreativitas serta semangat kerja.

Di kantor pun, sebagai seorang karyawan pun harus mengetahui cara untuk beristirahat. Beberapa kantor sudah mulai menerapkan jadwal tidur siang, terutama untuk kantor Jepang. Walaupun di kantor kita tidak menerapkan itu hehe, tapi jika curi-curi waktu untuk istirahat tidur siang  dan mulai bekerja pada waktunya masih aman ya sepertinya.

Perusahaan memang selalu peduli soal performa kerja. Tapi kini makin banyak yang juga mulai memperhatikan kesejahteraan karyawan. Istirahat kerja bisa jadi salah satu alat sederhana namun ampuh untuk menjaga keduanya tetap sehat. Kuncinya: diakui, disediakan, dan dilakukan dengan sungguh-sungguh.