Dampak gadget pada anak akan memengaruhi kondisi kesehatan fisik, psikologis dan kemampuan sosialnya
Dampak gadget pada anak semakin menjadi perhatian utama di era digital ini. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2023 sebanyak 36,99 persen anak di bawah usia 15 tahun di Indonesia sudah menggunakan telepon genggam.
Dengan penggunaan gadget yang semakin meningkat, penting bagi orang tua untuk memahami bagaimana perangkat ini memengaruhi tumbuh kembang anak.
Penggunaan gadget dalam waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan kesehatan fisik pada anak. Salah satu dampaknya adalah gangguan penglihatan, di mana mata anak menjadi cepat lelah, sering sakit kepala, dan bahkan berisiko mengalami kerusakan mata jangka panjang akibat paparan cahaya biru dari layar gadget.
Selain itu, bermain gadget sebelum tidur dapat mengganggu pola tidur anak. Cahaya dari layar gadget dapat menghambat produksi hormon melatonin yang berfungsi mengatur siklus tidur, sehingga anak mengalami kesulitan tidur dan mendapatkan kualitas tidur yang buruk. Kurang tidur dapat berdampak pada konsentrasi, mood, serta perkembangan otak anak.
Selain gangguan fisik, penggunaan gadget yang berlebihan juga dapat mempengaruhi kesehatan psikologis anak. Anak yang terlalu sering menggunakan gadget cenderung lebih mudah merasa cemas dan mengalami depresi. Mereka juga bisa mengalami penurunan rasa percaya diri karena terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain di media sosial.
Ketergantungan pada gadget juga bisa membuat anak merasa gelisah atau cemas saat tidak dapat mengakses perangkatnya. Rasa ketergantungan ini dapat memicu gangguan perilaku, termasuk kecenderungan menjadi lebih agresif atau sulit mengendalikan emosi saat tidak mendapatkan apa yang diinginkan.
Selain itu, ada potensi anak mengalami gangguan perhatian seperti ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Terlalu banyak paparan konten cepat dan interaktif dari gadget dapat membuat anak sulit berkonsentrasi dalam aktivitas sehari-hari, seperti belajar atau berinteraksi dengan orang lain secara langsung.
Dampak gadget pada anak juga mencakup aspek sosial. Anak yang kecanduan gadget cenderung lebih sering mengisolasi diri dari lingkungan sekitar. Mereka lebih nyaman berinteraksi secara virtual dibandingkan secara langsung dengan teman atau keluarga, sehingga keterampilan sosial mereka bisa menurun.
Kurangnya interaksi dengan lingkungan nyata dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam komunikasi. Mereka mungkin menjadi lebih pemalu, kurang percaya diri saat berbicara dengan orang lain, atau bahkan tidak memiliki keterampilan dasar dalam menjalin percakapan. Selain itu, penggunaan gadget yang berlebihan dapat merenggangkan hubungan anak dengan keluarga.
Jika anak lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar daripada berkomunikasi dengan orang tua atau saudara, maka hubungan emosional dalam keluarga bisa menjadi semakin jauh. Hal ini dapat berdampak pada kurangnya dukungan emosional yang diterima anak dari lingkungannya.