Kalau bicara soal kekuatan bangsa Indonesia, salah satu jawabannya adalah gotong royong. Sejak dulu, masyarakat Indonesia dikenal punya semangat tinggi dalam hal kerja sama. Gotong royong bukan cuma soal kerja bakti bersih-bersih kampung, tapi lebih dari itu — ini adalah cara hidup yang menanamkan nilai saling bantu dan kebersamaan.
Coba kita ingat-ingat, saat ada tetangga menikah, siapa yang bantu masak di dapur umum? Saat ada yang meninggal, siapa yang datang bantu tanpa diminta? Bahkan saat panen padi di desa, warga sekitar saling bantu satu sama lain. Semua itu dilakukan tanpa pamrih, tanpa bayaran. Itulah gotong royong.
"Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul."
Pepatah ini cocok banget menggambarkan semangat gotong royong. Artinya, segala sesuatu yang dikerjakan bersama pasti terasa lebih ringan dan cepat selesai.
Gotong royong biasanya muncul dalam berbagai bentuk:
Kerja bakti lingkungan, misalnya bersih-bersih selokan atau jalan kampung setiap minggu pagi.
Membantu tetangga saat hajatan seperti pernikahan atau sunatan.
Sumbangan sukarela kalau ada warga yang tertimpa musibah.
Bahkan dalam bentuk arisan atau koperasi yang memperkuat ekonomi warga.
Selain itu, nilai-nilai seperti toleransi, kepedulian, dan solidaritas juga tumbuh lewat kegiatan gotong royong. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan seperti ini pun akan belajar untuk lebih peduli dan tidak egois.
Namun, di zaman modern sekarang ini, budaya gotong royong mulai tergerus. Gaya hidup individualis dan kesibukan masing-masing kadang bikin kita lupa untuk peduli sama lingkungan sekitar. Padahal, kemajuan teknologi tidak seharusnya mematikan rasa kemanusiaan.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Mulai dari hal kecil saja, misalnya:
Ikut serta dalam kegiatan warga meskipun sesibuk apa pun.
Mengajarkan anak-anak tentang pentingnya saling bantu.
Gunakan media sosial bukan hanya untuk pamer, tapi juga untuk menggerakkan aksi sosial.
Gotong royong adalah bagian dari jati diri bangsa Indonesia. Kalau kita bisa terus merawatnya, Indonesia akan tetap kuat dan hangat sebagai satu keluarga besar.
"Kita bisa berjalan cepat sendirian, tapi kita bisa berjalan jauh jika bersama-sama."
Mari jaga semangat gotong royong ini, bukan hanya karena tradisi, tapi karena inilah yang membuat kita jadi manusia seutuhnya.