Apa itu Micromanaging
Teacher

RENDY SETIAWAN

Last Update:

2025-05-08 15:44:55

Micromanaging adalah gaya kepemimpinan atau manajemen di mana atasan terlalu terlibat dalam pekerjaan bawahan secara berlebihan, hingga ke detail terkecil. Seorang micromanager cenderung tidak mempercayai bawahannya untuk menyelesaikan tugas sendiri, sehingga sering mengontrol, memantau, dan mengintervensi setiap langkah pekerjaan. Alih-alih memberikan arahan umum dan kepercayaan, mereka kerap memberikan instruksi spesifik, menuntut laporan konstan, dan mengoreksi hal-hal kecil yang sebenarnya tidak terlalu penting.

Meskipun terkadang niat micromanaging muncul dari keinginan untuk memastikan kualitas atau hasil yang baik, gaya ini justru sering berdampak negatif. Bawahan bisa merasa tidak dipercaya, stres, kurang termotivasi, dan kehilangan rasa kepemilikan terhadap pekerjaannya. Kreativitas pun terhambat karena tidak ada ruang untuk inisiatif atau pendekatan yang berbeda. Dalam jangka panjang, ini bisa menyebabkan tingkat turnover karyawan yang tinggi, berkurangnya produktivitas, dan suasana kerja yang tidak sehat.

Micromanaging juga bisa menjadi tanda bahwa seorang pemimpin belum siap untuk mendelegasikan tugas dengan baik atau memiliki rasa takut terhadap kegagalan. Manajer yang efektif seharusnya mampu menetapkan tujuan yang jelas, memberikan kepercayaan kepada tim, dan hanya turun tangan saat memang dibutuhkan. Dengan menghindari micromanagement, lingkungan kerja bisa menjadi lebih terbuka, kolaboratif, dan inovatif.

Berikut adalah beberapa ciri-ciri micromanaging yang bisa kamu kenali di tempat kerja:

1. Kurangnya Kepercayaan

Micromanager tidak mempercayai bawahannya untuk mengambil keputusan sendiri, bahkan untuk tugas-tugas kecil. Mereka sering merasa hanya mereka yang bisa melakukan sesuatu dengan benar.

2. Kontrol Berlebihan

Manajer yang micromanage akan terus-menerus memantau, mengawasi, atau bahkan mengatur setiap detail pekerjaan, seolah-olah mereka harus tahu dan ikut campur dalam semua hal.

3. Tidak Mau Mendelegasikan

Tugas-tugas yang sebenarnya bisa dikerjakan oleh tim tetap ditangani sendiri oleh atasan, atau jika pun didelegasikan, tetap diawasi dengan sangat ketat.

4. Minta Laporan atau Update Terlalu Sering

Permintaan update status proyek atau progress kerja dilakukan terlalu sering, meskipun tidak ada perkembangan signifikan. Hal ini bisa mengganggu alur kerja karyawan.

5. Menolak Ide atau Pendekatan Baru

Micromanager cenderung menolak ide atau cara kerja selain cara mereka sendiri, meskipun pendekatan lain mungkin lebih efisien atau kreatif.

6. Mengkritik Hal-Hal Kecil

Daripada memberi masukan besar yang membangun, mereka lebih sering mengkritisi detail kecil yang tidak terlalu berdampak pada hasil akhir.

7. Karyawan Takut Membuat Kesalahan

Tim yang dipimpin oleh micromanager sering merasa tegang atau takut berinisiatif karena khawatir disalahkan jika terjadi kesalahan.