Rosa Abendanon
Last Update:

2025-05-08 13:34:52

Apakah ada yang masih ingat nama Rosa Abendanon? Jelas ini bukan nama orang Indonesia. Rosa Abendanon adalah sahabat pena dari RA Kartini. Nah sekarang ingat kan? RA Kartini berkenalan dengan Rosa Abendanon melalui suaminya, J.H. Abendanon, yang saat itu menjabat sebagai Direktur Pendidikan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. 

Kronologi perkenalan dan kedekatan RA Kartini dan Rosa Abendanon sebagai berikut ini:

 

  1. Sekitar tahun 1900, Kartini mulai dikenal di kalangan pejabat Belanda karena tulisannya dalam surat kabar dan melalui korespondensi dengan tokoh-tokoh Belanda.

  2. J.H. Abendanon membaca tulisan-tulisan Kartini yang cerdas, dan ia tertarik untuk mendukung gagasan Kartini tentang pendidikan perempuan.

  3. Abendanon lalu memperkenalkan Kartini kepada istrinya, Rosa Abendanon, yang juga memiliki pandangan progresif terhadap isu perempuan.

  4. Dari sinilah kemudian terjalin hubungan korespondensi yang erat antara Kartini dan Rosa, yang terus berlangsung hingga akhir hayat Kartini pada 1904.

  5. Berikut adalah salah satu kutipan paling menyentuh dari surat RA Kartini kepada Rosa Abendanon. Surat ini ditulis pada 27 Oktober 1902:

    "Saya ingin sekali menjadi orang bebas, bebas! Bebas untuk berpikir dan berkata, bebas untuk merasa dan mencintai. Ah, hidup yang demikian itu terlalu indah, terlalu mulia untuk menjadi kenyataan! Namun, saya tidak akan menyerah. Saya akan berjuang, terus berjuang. Meskipun hanya dengan pena dan pikiran."

    RA Kartini menuliskan 87 surat yang kemudian diabadikan dalam sebuah buku berjudul “Door Duisternis tot Licht” (Habis Gelap Terbitlah Terang) pada tahun 1911. Sebenarnya setelah di telusuri, ada lebih dari 106 surat yang dikirimkan RA Kartini ke negeri Belanda. Dan saat ini sebagian besar surat RA Kartini tersimpan di negeri Belanda. 

Kartini adalah simbol penting dalam sejarah perjuangan perempuan Indonesia, terutama dalam bidang pemikiran dan pendidikan. Ia membuka jalan bagi kesadaran bahwa perempuan berhak mendapatkan pendidikan dan memiliki peran aktif dalam masyarakat. Walaupun di Indonesia masih banyak pahlawan wanita yang juga memperjuangkan hak perempuan yang mungkin jarang disebutkan.