Burung perkutut memiliki tempat istimewa dalam budaya dan tradisi masyarakat Jawa. Bagi sebagian orang Jawa, khususnya yang masih memegang erat ajaran Kejawen, burung perkutut tidak hanya dipandang sebagai hewan peliharaan, tetapi juga sebagai simbol spiritual yang memiliki nilai filosofis tinggi. Burung ini sering dianggap sebagai sarana kontemplasi, pembawa ketenangan, serta perlambang keharmonisan hidup.
Filosofi burung perkutut juga tercermin dalam ajaran Kejawen yang menekankan pentingnya mencapai "kasampurnaning urip" atau kesempurnaan hidup melalui keseimbangan spiritual dan material. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, burung perkutut melambangkan keseimbangan antara aspek lahiriah dan batiniah. Kicauan burung perkutut yang merdu dan ritmis dipercaya memiliki efek menenangkan pikiran dan jiwa. Oleh karena itu, burung ini sering dipelihara oleh orang-orang yang mengutamakan ketenangan batin, ketentraman keluarga, dan harmoni sosial.
enurut ajaran Kejawen, jenis dan warna burung perkutut memiliki makna tertentu. Beberapa di antaranya adalah:
Sebagai simbol keseimbangan, burung perkutut mengajarkan bahwa kehidupan yang ideal tidak hanya diukur dari keberhasilan materi, tetapi juga dari ketenangan dan kedamaian jiwa. Dengan menjaga warisan budaya ini, masyarakat Jawa dapat terus melestarikan nilai-nilai luhur yang mengajarkan keselarasan hidup, baik dalam ranah spiritual maupun sosial.