Intermittent Fasting
Teacher

DITA LORENZA

Last Update:

2024-12-02 15:22:15

Intermittent fasting menjadi salah satu gaya hidup sehat yang populer belakangan ini. Merupakan metode diet yang menerapkan pola makan dengan menentukan periode batasan untuk puasa dan waktu makan.

Cara diet yang satu ini memang menjadi tren kesehatan karena diklaim efektif menurunkan berat badan, meningkatkan kesehatan metabolisme, dan bahkan dapat memperpanjang umur.

Saat ini, ada tiga metode intermittent fasting yang banyak digunakan oleh pakar diet yakni Metode 16/8, Eat-stop-eat, dan Diet 5:2

  1. Metode 16/8
    Metode 16/8 membagi jendela makan dan puasa menjadi 16 jam puasa dan 8 jam jendela makan. Puasa selama 16 jam dapat menyebabkan tubuh mengubah cadangan lemak menjadi energi dan melepaskan keton ke dalam aliran darah. Hal ini mendorong penurunan berat badan. Umumnya, makan dimulai pada siang hari dan selesai di malam hari. Namun tentu saja dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
  2. Eat-Stop-Eat

    Eat-stop-eat merupakan metode yang membagi jadwal puasa dan makan secara selang-seling. Jadi 1 hari makan, dan esoknya puasa makan 24 jam. Bagi beberapa orang, metode ini cukup ekstrem dan menantang karena bisa menyebabkan kelelahan, sakit kepala, atau suasana hati yang memburuk. Maka dari itu, metode ini tidak disarankan untuk pemula.
  3. Diet 5:2
    Pada metode ini, membagi jatah kalori dalam 1 minggu, jadi tidak melakukan puasa. Seseorang mengukur makanan yang dikonsumsi sebanyak 500-600 kalori sebanayk 2 kali dalam seminggu, dan 5 hari lainnya bisa makan secara normal

Pastinya terdapat pola intermittent fasting lain yang bisa dipilih dan disesuaikan sendiri agar aman dan membuahkan hasil yang diinginkan. Meski puasa intermiten lebih berfokus pada kapan waktunya makan, jenis makanan juga penting menjadi perhatian agar kebutuhan nutrisi tiap hari bisa tercukupi.

Secara umum, manfaat intermittent fasting adalah membantu penurunan berat badan atau menjaga berat badan yang sehat serta meningkatkan kesehatan metabolisme. 

Kesehatan metabolisme menandakan seberapa baik tubuh memproses energi yang biasanya diukur dari tekanan darah, kadar gula darah, serta kadar lemak darah.

Dengan berpuasa, akan terjadi defisit kalori yang berarti tubuh punya kalori lebih sedikit dari yang dibutuhkan untuk menjaga berat badan saat itu. Karena itu, banyak orang melakukan puasa demi mengejar defisit kalori untuk menurunkan berat badan.

Walau menawarkan banyak manfaat, intermittent fasting mengandung risiko yang harus menjadi pertimbangan sebelum mempraktikkanya. Risiko dan efek samping ini terutama bisa muncul bila tak menjalankan metode puasa dengan aman, diantaranya kekurangan nutrisi bila tidak makan gizi seimbang, gangguan makan, atau merasa lemas dan tak bernergi