THE HAPPINESS PARADOX
Banyak orang menghabiskan waktu untuk mengejar kebahagiaan. Ada yang memaknai kebahagiaan sebagai pemilikan atas uang, ada juga yang mengartikannya sebagai kesuksesan, kekuasaan, menjadi pemenang, mendapatkan cinta atau memiliki segalanya.Tapi menginginkan sesuatu yang berada di luar jangkauan nyatanya hanya akan membuat diri kita merasa frustasi.
Fenomena hustle culture misalnya, membuat manusia terus mengejar kesuksesan hingga tidak ada habisnya. Tanpa mengenal waktu, tanpa memberi jeda. Selalu ada tangga baru lebih tinggi yang ingin ditapaki dengan segera. Hingga rasa lelah, stress dan frustasi datang.
Mungkin kita berhasil mencapai tujuanmu lebih cepat. Namun kita tidak sempat untuk benar-benar menikmatinya. Kehilangan banyak waktu berharga atas hal-hal istimewa yang ada. Lalu setelah sampai di posisi yang diinginkan, ternyata tidak mendapati apa-apa.
Tidak ada kebahagiaan disana.
The Happiness Paradoks adalah ketika seseorang berusaha terlalu keras untuk mencapai kebahagiaan dan menjadikan perasaan bahagia sebagai tujuan. Karena itu biasanya seseorang justru merasa menderita karena pikirannya. Merasa tidak bahagia saat ini, sehingga harus mengejar sesuatu standar yang dianggap penting untuk menjadi bahagia. Tetapi semakin dikejar, semakin dirasakan, rasanya tak pernah bisa tercapai. Sebaliknya semakin kita memikirkan segala masalah, kecemasan, kekurangan dan hal buruk dalam hidupmu, semakin besar pula perasaan buruk itu kita alami.
Manusia selalu ingin meningkatkan kebahagiaan dan standarnya. Namun terus merasakan kebahagiaan dan menjadi lebih bahagia seumur hidup, itu sangat tidak realistis. Kita akan sesekali merasakan hal buruk dan penderitaan. Dan hal itulah yang membuatmu terus berkembang.
Jika kamu ingin bahagia, jangan hidup di masa lalu, jangan khawatir tentang masa depan, fokuslah untuk hidup sepenuhnya di masa sekarang. — Roy T. Bennett
KEBAHAGIAAN BERSIFAT ILUSI
Manusia seringkali memiliki ekspektasi dan detail berlebihan tentang bagaimana dirinya dapat mencapai kebahagiaan. Namun lupa pada hal-hal baik yang sudah dimiliki dalam hidupnya. Padahal hidup selalu memberikan kita kejutan. Dan setiap kejutan dapat kita lihat dari sisi baiknya.
Viktor Emil Frankl, seorang neurolog dan psikiater asal Austria pernah berkata bahwa mustahil mengejar kebahagiaan dan membuatnya terwujud secara pasti. Kebahagiaan adalah efek samping yang terjadi atas berbagai tindakan kita. Saat Frankl harus dipenjara dia menemukan hal menarik. Bahwa terkadang penderitaan akan terhenti ketika kamu menemukan makna dari penderitaan itu. Maka akhirnya kebahagiaan secara tidak sengaja dicapai justru setelah kamu merasakan penderitaan.
Sebuah studi oleh Felicia Zerwas dan Brett Ford tentang The Paradox of Pursuing Happiness mengemukakan bahwa jika kamu menjadikan kebahagiaan sebagai tujuan, dan menentukan strategi untuk mencapai kebahagiaan itu, maka akan sulit bagi kamu untuk bisa mencapai kebahagiaanmu. Meskipun kamu sudah melakukan berbagai cara dan mengikuti strateginya.
Misalnya saat merasa terpuruk, kamu melakukan yoga, melakukan liburan singkat, atau melakukan hal yang menjadi hobbymu, demi mendapat kebahagiaan. Namun kemudian kamu memantau bagaimana perasaanmu, maka kebahagiaan itu justru tidak akan muncul. Apalagi jika ada hal-hal yang tak berjalan sesuai dengan rencanamu.
Terlalu mengukur kebahagiaan justru membuat kesejahteraan dan kesehatan mental yang lebih buruk. — Felicia Zerwas dan Brett Ford
BAHAGIA KETIKA KITA BERHENTI MEMBANDINGKAN
Seberapa sering kamu membandingkan hidupmu dengan orang lain? Baik teman, keluarga atau orang yang tak kamu kenal di media sosial. Kamu terlalu sering melihat gambaran kebahagiaan orang lain dan menjadikannya sebuah standar. Bila untuk menjadi bahagia harus memiliki mobil yang mewah, maka berapa miliar orang yang hidupnya tak bahagia di dunia ini? Bila bahagia dinilai dengan memiliki fisik yang sempurna, maka seharusnya para selebritis selalu merasakan bahagia.
Nyatanya tidak. Setiap manusia memiliki fase bahagia nya masing-masing. Dan tidak pernah ada yang sempurna di dunia ini. Kamu mungkin sedih melihat orang lain bisa mendapat mobil mewah atas pemberian orang tua, namun bayangkan betapa hebatnya kamu ketika kamu bisa membeli dengan hasil kerja kerasmu sendiri.
Pekerjaanmu mungkin tak menyenangkan, namun setidaknya kamu masih memiliki pekerjaan untuk menghidupi keluarga.
Orang tuamu mungkin sering membuatmu kecewa, namun mungkin saja mereka juga begitu tertekan dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
Sebagian fase dalam hidup kita adalah berkah yang harus kita syukuri, dan sebagian lagi adalah tantangan yang akan membuat kita menjadi pribadi lebih baik lagi.
Stop comparing yourself to other people, just choose to be happy and live your own life.
Berhentilah membandingkan dirimu dengan orang lain, pilihlah untuk bahagia dan jalani hidupmu sendiri. — Roy T. Bennett
OUTRO
Terimalah, bahwa kadang hidup tak sempurna, bahwa kamu tak selalu merasa bahagia.
Adakalanya hal-hal tidak berjalan sesuai dengan keinginan.
Berhentilah terus memikirkan perasaan buruk, bahwa kamu menderita dan kamu tidak bahagia.
Lepaskan setiap tekanan untuk selalu menjadi sempurna dan mendapat kesempurnaan.
Dan kebahagiaan akan menghampirimu disaat yang tak kau duga.
The happiness of your life depends upon the quality of your thoughts.
Kebahagiaan hidupmu tergantung pada kualitas pikiranmu. — Marcus Aurelius