Goog Vibes Good Life
Last Update:

2024-05-21 09:43:49

Dalam Hidup, Kamu Bisa Memilih Untuk Menabur Biji-Biji Kebahagiaan atau Menanam Akar Ketidakbahagiaan

Menurut penulis, ada dua jenis pikiran yang tertanam dalam diri. Pertama, kita memiliki pikiran alam sadar (conscious mind) yang memberi tahu kita tentang apa yang sedang kita rasakan, pikirkan dan memberi kita akses kepada informasi dan pemikiran logis. Jenis pikiran kedua adalah pikiran alam bawah sadar yang merupakan sebuah ruang untuk menyimpan semua kepercayaan dan asusmsi yang dibentuk oleh lingkungan sekitar semenjak kita kecil hingga dewasa. Jika diibaratkan, pikiran alam sadarmu adalah berbagai macam tumbuhan yang ada di taman, sementara pikiran alam bawah sadar adalah tanah yang menjadi tempat akar dari tanaman tersebut besemayam.

Mari kita berimajinasi sejenak. Bayangkan bahwa kepercayaan adalah biji-biji yang mengakar di alam bawah sadarmu. Melalui akar, air dan nutrisi yang dikandung oleh tanah dikirimkan ke bagian atas tanaman yang akhirnya menghasilkan buah lezat dan cabang pohon yang rindang dan kuat. Namun jika biji dari tumbuhan yang ditanam memiliki karakter buruk, tumbuh kembang dari tumbuhan akan terganggu dan nutrisi yang ada di tanah tak dapat disalurkan oleh akar dengan baik. Untuk mengubah kenyataan yang kamu alami, kamu perlu mencabut tanaman dengan akar yang rusak. Selain itu, singkirkan semua biji dengan kualitas buruk dari taman.

Yang penulis coba katakan melalui perumpamaan di atas adalah: cobalah periksa kembali nilai dan kepercayaan yang kamu anut selama ini. Cari tahu asal usul kemunculan dari nilai dan kepercayaan tersebut. Ketika penulis mencoba memeriksa sistem kepercayaannya sendiri, dalam benaknya ia yakin bahwa tiap orang telah ditakdirkan untuk menjalani sebuah jalan hidup yang telah ditentukan. Dengan kepercayaan ini penulis berasumsi bahwa beberapa orang yang mempunyai kehidupan sukses hanyalah soal keberuntungan belaka, sementara mereka yang melalui hidup penuh kesengsaraan memang telah ditakdirkan untuk menjadi orang yang tak beruntung. Penulis percaya bahwa takdir hidup tak akan dapat pernah diubah.

Namun ketika beliau menggali semakin dalam mengenai kepercayaan ini, penulis sadar bahwa ia telah menerimanya dari orang yang dituakan dan memiliki otoritas di usia kanak-kanaknya. Karena beberapa orang lain juga setuju dengan sosok tersebut, penulis mulai percaya sepenuhnya terhadap nilai-nilai yang ada. Kepercayaannya akan takdir yang tak bisa diubah membuat penulis yakin bahwa keadaannya yang serba terbatas semenjak kecil ini akan ia alami hingga dewasa. Padahal anggapan ini hanyalah bias yang sudah tertanam di alam bawah sadarnya sedari ia kecil.

Ketika kamu coba mengamati kepercayaanmu, tanyakan pada diri apakah ini mengandung nilai positif atau negatif? Akankah nilai-nilai tersebut meningkatkan kualitas hidupmu atau hanya membatasi potensi yang tersimpan dalam diri? Untuk melepaskan kepercayaan negatif ini, yakinkan dirimu dengan menemukan bukti-bukti pendukung. Adakah kepercayaan alternatif yang mengandung nilai yang jauh lebih positif? Dalam hidupnya, penulis mencoba untuk membaca kisah dari orang-orang sukses yang pernah mengalami hidup susah, sama seperti apa yang ia alami, untuk meyakinkannya bahwa takdir juga bisa diubah.