Kita semua selama ini mempercayai bahwa angsa akan selalu berwarna putih. Hingga suatu hari ditemukan, bahwa ternyata ada angsa yang berwarna hitam. Willem de Vlamingh menemukan angsa hitam di Australia pada tahun 1697. Satiris Romawi Juvenal bahkan menyebut penemuan adanya angsa yang berwarna hitam ini untuk menggambarkan sesuatu yang sangat langka terjadi.
Penemuan itu berhasil mengubah pandangan kita yaitu bahwa kita terlalu fokus pada hal-hal yang kita tahu dan kita yakini, hingga kita tidak dapat memprediksikan sesuatu hal yang diluar bayangan kita.. Dan kenyataannya kita tidak bisa menebak secara pasti apa yang ada di luar sana.
The Black Swan Theory adalah suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi yang melampaui apa yang biasanya diharapkan dari suatu situasi dan memiliki konsekuensi yang berdampak negatif, parah, menyebar luas dan ekstrim.
Istilah “Black Swan Theory” awalnya dipopulerkan oleh Nassim Nicholas Taleb, seorang profesor keuangan, penulis, dan trader Wall Street. Taleb menulis tentang gagasan peristiwa angsa hitam dalam sebuah buku pada tahun 2007 sebelum peristiwa krisis keuangan tahun 2008.
Taleb berpendapat bahwa karena Black Swan Theory tidak mungkin diprediksi karena kelangkaannya yang ekstrim, namun memiliki konsekuensi bencana, sehingga penting bagi kita untuk selalu berasumsi bahwa Black Swan Theory adalah suatu kemungkinan yang dapat terjadi, dan mencoba merencanakannya dengan tepat.
Beberapa orang percaya bahwa diversifikasi mungkin bisa menjadi perlindungan ketika Black Swan Theory benar-benar terjadi.
Taleb berpendapat bahwa pandemi Covid-19 bukanlah peristiwa Black Swan Theory, karena baginya, dampaknya dapat diprediksi. Namun bagi banyak orang dan banyak Negara, pandemi Covid menjadi peristiwa Black Swan Theory, dimana dampaknya sangat meluas, tak terprediksi dan kemunculannya langka terjadi.
“Randomness in the end is just unknowledge. The world is opaque and appearances fool us”
“Hal acak, pada akhirnya hanyalah bagian dari ketidaktahuan kita. Dunia ini buram dan penampilan membodohi kita” Nassim Nicholas Taleb
Tipe mediocre contohnya adalah pada saat kita bekerja sebagai pegawai atau karyawan tetap, kita akan mendapatkan penghasilan dengan batas penghasilan harian. Pendapatan harianmu dapat diprediksi jumlahnya, bergantung pada jam kerja, jabatan, atau pengalaman kerja dan tak mungkin suatu hari kamu akan mendapat penghasilan yang luar biasa besar diatas normal.
Sedangkan tipe ekstrimist contohnya adalah saat seseorang bekerja dengan memaksimalkan ide. Contohnya seperti seorang trader dan juga penulis. Tipe ini lebih mengutamakan berpikir keras daripada bekerja keras. Dengan intensitas pekerjaan yang sama mereka bisa menghasilkan uang yang sangat berbeda.
Contohnya adalah seorang penulis buku. Dengan waktu yang sama dan intensitas yang sama, bisa jadi hasilnya sangat berbeda. Penulis seperti Raditya Dika, Andrea Hirata, atau Dewi Lestari misalnya bisa memperoleh penghasilan besar dari tulisannya. Baik dari buku maupun setelah diadaptasi menjadi film.
Penulis lain bisa saja tak memperoleh banyak uang dari bukunya. Dan bahkan penghasilannya tak dapat menutup biaya produksinya. Ini menunjukkan bahwa tipe ekstrimis bisa mendapat hasil yang sangat berbeda dari upaya yang sama.
The Black Swan Theory juga dapat menggambarkan sebuah peristiwa ketika seseorang bisa memperoleh kekayaan atau penghasilan di luar kebiasaan. Dimana rata-rata orang pada umumnya tidak dapat mencapai penghasilan seperti itu.
Seperti apa yang dialami orang-orang terkaya di dunia saat ini, seperti Elon Musk, Jeff Bezos, atau Warren Buffett. Banyak orang berbisnis dan bermain saham, namun ada berapa yang bisa seperti mereka?
Indonesia adalah negara yang cukup aman dan damai. Masyarakat dapat bepergian dengan nyaman, masyarakatnya sangat ramah, penuh toleransi, pariwisata yang maju seperti di Bali dan Yogyakarta menawarkan keindahan dan keramahannya.
Hingga pada tahun 2000 terdapat ancaman Bom Gereja di 13 lokasi di Indonesia. Disusul Bom Bali pada tahun 2002 dan Bom di JW Marriot di tahun 2003.
Rentetan peristiwa ini diluar prediksi, membawa ketegangan, trauma dan berdampak besar bagi citra Indonesia yang terkenal dengan keramahannya.
Hingga mengubah pandangan banyak orang tentang keamanan di Indonesia. Akses masuk di berbagai tempat diperketat. Hotel, Mall dan banyak fasilitas publik menerapkan keamanan berlapis, seperti anjing pelacak, metal detector, peningkatan jumlah CCTV, X ray security scanner dan penambahan jumlah petugas keamanan.
Bagi masyarakat Indonesia pada tahun 2000, peristiwa bom Gereja menjadi sebuah kejadian The Black Swan Theory. Yaitu ketika kita menjadi lengah karena memprediksi semua akan baik-baik saja. Namun kejadian tersebut menjadi bagian dari sebuah pengalaman yang akhirnya merubah perilaku kita pada umumnya. Kita menjadi terbiasa dengan pengamanan ketat dan lebih bisa menangani ancaman bom.
Ketika suatu peristiwa langka terjadi, maka seringkali nasihat untuk tak melakukan sesuatu jauh lebih berguna daripada nasihat tentang apa yang harus dilakukan.
Yuval Noah Harrari dalam bukunya Homo Deus sempat mengungkapkan bahwa “Pengetahuan yang tidak mengubah perilaku itu tak berguna. Tapi pengetahuan yang berhasil mengubah perilaku akan kehilangan relevansinya.”
Semakin banyak data, pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki, semakin baik kita memahami sejarah. Namun semakin cepat sejarah berubah arah, semakin cepat pula pengetahuan kita menjadi usang.
“Rank beliefs not by their plausibility but by how much harm they might cause”
“Peringkatkan keyakinan bukan berdasarkan kemungkinannya, tetapi berdasar seberapa banyak kerugian yang mungkin ditimbulkannya.” — Nassim Nicholas Taleb
Semakin tinggi pengetahuan, pengalaman dan intelegensi seseorang, terkadang membuat seseorang menjadi terlalu percaya diri dan lengah. Dia merasa dapat menangani dan mengantisipasi semuanya. Namun menjadi lengah dalam menghadapi hal baru yang di luar prediksi.
Bersikap terbuka pada berbagai masukan dan pengalaman orang lain, akan membuat kita memiliki lebih banyak wawasan dan lebih siap menghadapi segala kemungkinan. Karena terkadang suatu peristiwa menjadi Black Swan Theory bagi kita namun menjadi sesuatu yang bisa diprediksi oleh orang lain. Komunikasi dan keterbukaan menjadi kunci untuk meminimalisir segala resiko terburuk.
Bila mulai terdapat tanda-tanda yang diluar wajar atau diluar prediksi, maka cobalah untuk jujur dan sampaikan pada anggota yang lain. Sehingga bisa saling bertukar pendapat dan pengalaman. Bisa jadi rekan kita lebih menguasai keadaan dan memiliki pengalaman lebih banyak pada peristiwa tersebut dan tahu bagaimana mengatasinya.
Kamu bisa menggabungkan strategi yang berbeda untuk berjaga-jaga. Misalnya menggunakan strategi aman lebih banyak, namun memberikan ruang juga untuk strategi yang lebih agresif.
Dalam keuangan misalnya. Kamu dapat menaruh sebagian besar uang di investasi yang aman seperti reksadana, tapi menyediakan pula porsi untuk investasi yang lebih agresif seperti saham atau crypto yang tinggi potensi keuntungannya namun juga tinggi risikonya.