Kanban adalah salah satu kerangka kerja turunan dari Agile yang sangat berguna dalam mengelola workflow dan proses manajemen proyek. Metode ini lahir di Jepang pada tahun 1940-an dan dikembangkan lebih lanjut oleh David Anderson untuk digunakan dalam berbagai jenis proses, termasuk manajemen perangkat lunak, TI, hukum, sumber daya manusia, dan pemasaran.
Ada beberapa keuntungan utama dalam menerapkan metode Kanban, termasuk kemampuan untuk mengelola dan meningkatkan aliran kerja, mengoptimalkan waktu penyelesaian proyek, memberikan nilai kepada pelanggan lebih cepat, dan meningkatkan prediksi dan kualitas penyelesaian proyek.
Kerangka kerja Kanban berfokus pada kontrol backlog menggunakan papan Kanban, yang biasanya terdiri dari kolom-kolom yang mewakili proses dasar dari kegiatan yang dilakukan selama pengerjaan proyek. Ada lima langkah utama dalam metode Kanban, termasuk memvisualisasikan workflow, membatasi pekerjaan yang sedang berlangsung, memperjelas kebutuhan dan aturan, mengelola dan mengukur alur kerja, dan menggunakan metode saintifik sebagai optimasi.
Dalam metode Kanban, tidak ada peran yang ditetapkan secara baku dalam tim, dan tim memiliki kebebasan untuk menyesuaikan cara kerja mereka. Ini berbeda dengan Scrum, di mana peran dalam tim lebih terdefinisi. Penggunaan alat untuk menerapkan Kanban dapat bervariasi dari papan fisik hingga perangkat lunak online seperti Trello, tergantung pada preferensi dan kondisi tim.
Perbandingan antara Kanban dan Scrum menunjukkan bahwa keduanya adalah kerangka kerja Agile yang efisien, tetapi memiliki perbedaan dalam hal penjadwalan, peran dalam tim, improvisasi, KPI, dan aplikasi yang cocok. Memilih antara Kanban dan Scrum harus didasarkan pada kebutuhan dan preferensi proyek tertentu, dengan mempertimbangkan fleksibilitas, kedisiplinan, visualisasi alur kerja, kolaborasi, dan umpan balik.