PREEKLAMPSIA PART 2
Teacher

GEMA NOVIANTI

Last Update:

2024-03-25 18:19:13

Pada pembahasan minggu lalu, kita telah membahas tentang apa itu Preeklampsia dengan penyebab, gejala serta faktor resikonya. Minggu ini kita akan melanjutkan pembahasan terkait dengan Pemeriksaan, Penanganan dan Pencegahan dari Preeklampsia itu sendiri.

Pemeriksaan

Kondisi ini disadari saat melakukan pemeriksaan antenatal care yaitu dokter memeriksa kenaikan berat badan, urin dan tekanan darah pada ibu hamil. Apabila dokter mencurigai adanya preeklampsia, maka akan dilakukan beberapa pemeriksaan lanjutan seperti :

1. Tes darah untuk memeriksa fungsi hati dan ginjal.
2. Pengambilan sampel urine 24 jam untuk mendeteksi adanya protein dalam urine.
3. USG (Ultrasonografi) untuk memeriksa pertumbuhan bayi dan volume cairan ketuban.
4. USG Doppler untuk mengevaluasi aliran pembuluh darah pada plasenta.

Ibu hamil dikatakan positif preeklampsia apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg disertai dengan sejumlah kondisi berikut :

1. Ditemukan tanda-tanda kerusakan pada organ ginjal dan hati.
2. Adanya penumpukan cairan di paru-paru.
3. Adanya gejala neurologis, seperti nyeri kepala, pusing, dan stroke.
4. Mengalami gangguan penglihatan, misalnya seperti ada bintik-bintik ketika melihat sesuatu atau gangguan visus / tajam penglihatan.
5. Jumlah trombosit rendah (trombositopenia).
6. Gangguan pertumbuhan janin.

Penanganan

Penanganan preeklamsia biasanya tergantung pada seberapa parah masalah kesehatan tersebut dan seberapa jauh usia kehamilan ibu. Bila usia kehamilan ibu sudah hampir cukup bulan (37 minggu atau lebih), penanganan preeklamsia yang bisa dilakukan adalah dengan melahirkan janin yang berada di dalam kandungan. Sebelum proses kelahiran, biasanya ibu akan diberikan beberapa obat-obatan yaitu:

1. Obat penurun tekanan darah.
2. Obat penambah hormon steroid untuk membantu proses pematangan paru pada bayi. Namun, obat ini baru bisa memberikan efeknya apabila diberikan paling sedikit dalam 48 jam.
3. Obat antikejang perlu diberikan karena ibu dalam kondisi preeklampsia sangat mudah sekali jatuh ke dalam kondisi eklampsia. Saat ibu hamil mengalami eklampsia, ia akan mengalami kejang.

Namun, bila preeklamsia berkembang pada awal kehamilan, ibu akan dipantau secara ketat dalam upaya memperpanjang kehamilan, sehingga memungkinkan janin untuk tumbuh dan berkembang. Ibu mungkin perlu melakukan lebih banyak janji prenatal, termasuk pemeriksaan ultrasound, tes urine, dan pengambilan darah. Bila ibu didiagnosis dengan preeklamsia berat, ibu bisa tetap berada di rumah sakit sampai melahirkan.

Preeklampsia juga bisa menyebabkan komplikasi. Bila dibiarkan saja tanpa pengobatan, preeklamsia bisa berpotensi fatal bagi ibu dan bayi. Sebelum melahirkan, komplikasi preeklamsia yang paling umum adalah kelahiran prematur, berat badan lahir rendah atau solusio plasenta.

Preeklamsia juga bisa menyebabkan sindrom HELLP (hemolisis, peningkatan enzim hati dan jumlah trombosit yang rendah). Ini terjadi ketika preeklamsia merusak hati, sel darah merah, dan mengganggu pembekuan darah. Tanda-tanda lain dari sindrom HELLP adalah pandangan kabur, nyeri dada, sakit kepala, dan mimisan.

Setelah melahirkan bayi, ibu yang mengalami preeklamsia mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi untuk:

1. Penyakit ginjal.
2. Serangan jantung.
3. Stroke.
4. Mengembangkan preeklamsia pada kehamilan berikutnya.

Pencegahan

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah preeklampsia antara lain :

1. Melakukan pemeriksaan rutin selama kehamilan.
2. Menjaga berat badan ideal sebelum dan selama kehamilan.
3. Tidak merokok ataupun mengonsumsi alkohol.
4. Rutin berolahraga
5. Menjaga kadar gula darah normal apabila menderita diabetes.
6. Mengontrol tekanan darah tinggi.
7. Mengurangi konsumsi makanan tinggi garam.
8. Mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral untuk ibu hamil sesuai saran dokter.

Namun demikian pencegahan preeklamsia masih sulit dilakukan. Studi menyatakan bahwa dengan modifikasi dari gaya hidup seperti restriksi kalori, membatasi asupan garam, mengonsumsi bawang putih, serta mengonsumsi vitamin C dan E, tidak menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna dalam upaya pencegahan preeklampsia ini.

Pada beberapa kasus, ibu hamil dapat menurunkan risiko mengalami preeklampsia dengan cara:

1. Mengonsumsi obat aspirin dosis rendah.
2. Mengonsumsi suplemen kalsium.

Namun, sebelum memulai untuk mengonsumsi obat dan suplemen, ibu hamil harus berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter. Sebab keduanya tidak boleh dikonsumsi secara sembarangan. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengontrol gula darah dan berat badan saat merencanakan kehamilan.

Nah, itulah ilmu mengenai Preeklampsia yang bisa saya bagikan.
Semoga bermanfaat dan sampai bertemu di pembelajaran berikutnya.

Cheers ! :))