Pernah gak sih kamu merasa ada sesuatu yang salah sama diri kamu? Mungkin kamu memiliki kesulitan untuk memercayai orang di sekitar kamu. Kesulitan ini akhirnya membuat kamu jadi sulit untuk terbuka dengan orang lain.
Di beberapa aspek, kamu merasa hidupmu baik-baik saja, tapi dalam aspek lain, kamu mengalami kesulitan untuk berfungsi dengan normal. Kamu gak tau kenapa kamu bisa punya trust issues karena kamu merasa bahwa relasi mu dengan orang lain selama ini baik-baik saja. Well, terkadang it is not the way it is.
Mungkin sebenarnya, kamu memiliki pengalaman buruk yang pernah terjadi, tapi sesaat pengalaman itu terjadi, kamu langsung “melupakan” pengalaman tersebut supaya kamu bisa hidup dengan lebih bahagia. Dan seiring dengan bertambahnya waktu, pengalaman buruk yang kamu “lupakan” ternyata tidak benar-benar kamu lupakan. Hal ini muncul melalui perilaku, emosi, atau mungkin pikiran-pikiranmu sekarang. Dalam kata lain, kamu sebenarnya telah merepresikan memori atau perasaan kamu, dan perlahan-lahan kenangan-kenangan itu mulai muncul ke permukaan.
Apa itu represi? Istilah represi pertama kali muncul dalam teori Psikoanalisis-nya Sigmund Freud. Represi merujuk pada mekanisme pertahanan yang kamu lakukan ketika dihadapkan dengan masalah. Tujuan dari tindakan represi ini adalah untuk menjauhkan hal-hal yang gak mengenakkan dari kesadaranmu dan mencegah kecemasan yang kamu alami. Tapi, pikiran yang direpresikan ini masih dapat memengaruhi perilaku, tetapi orang yang merepresikan pikirannya belum tentu menyadari bahwa peristiwa tersebut pernah terjadi.
id adalah dorongan dari alam ketidaksadaran. Sedangkan, superego adalah filter yang menyaring apakah dorongan tersebut bisa ditunjukkan dalam perilaku atau tidak, dan ego adalah wujud dari perilaku yang lolos dari filter dan ditunjukkan dalam kesadaran.
Nah, dalam praktiknya, ego selalu memiliki dengan id dan superego, dimana id selalu ingin melakukan dorongan tertentu, tapi superego selalu memberikan sense of morality. Ketika ego bertentangan dengan id dan superego, tindakan kamu pada akhirnya dapat direpresikan ke ketidaksadaran.
Misalnya: Seseorang memiliki phobia terhadap ketinggian. Ia selalu mengalami ketakutan saat berada di tempat yang tinggi, padahal ia hanya berada di lantai dua rumahnya.
Jika ditinjau dari perspektif Sigmund Freud, hal ini mungkin terjadi karena ia pernah jatuh terguling di tangga. Pengalaman terjatuh ini telah ia represikan dan diganti menjadi phobia terhadap ketinggian. Pikiran, ingatan, atau perasaan yang dirasa terlalu menyakitkan, telah kamu “tekan” ke alam bawah sadar supaya kamu dapat melupakan semua peristiwa itu. Jadi, meskipun kamu lupa tentang rasa sakitnya, informasi yang telah kamu represikan malah memengaruhi tingkah laku kamu saat ini.
Nah, gimana sih untuk mengatasi represi?
Jawabannya simple: jangan memendam pikiran, ingatan, atau perasaan menyakitkan yang sedang kamu alami.
Penting untuk kamu mengekspresikan pengalaman dengan cara yang sehat, bukan merepresikan. Dengan mengekspresikan, kamu benar-benar menyalurkan emosi negatif dan rasa sakit yang kamu alami. Sebaliknya, represi hanya menghilangkan perasaan negatif secara temporer atau sementara saja.Kamu dapat mengekspresikan pengalaman yang kamu alami dengan cara berteriak, lompat-lompat, berlari keliling kompleks tempat tinggalmu, atau menulis. Intinya, keluarkan saja dulu semua hal yang kamu alami.
Jika kamu mengalami kesulitan dalam mengekspresikan perasaan kamu atau kalau kamu merasa memiliki kesulitan untuk berfungsi secara normal, sekedar mengingatkan bahwa kalau perasaan ini wajar untuk kamu alami. Coba cari pertolongan pada professional help untuk membantu kamu meregulasi emosi yang kamu rasakan!
Dengan menyadari dan menerima perasaan yang kamu rasakan, harapannya kamu dapat lebih mengenal diri kamu dan kamu semakin tahu apa yang harus kamu lakukan kedepannya.
Sebagai pengingat bahwa tidak apa-apa kalau kamu sedang merasa tidak baik-baik saja. Tidak apa-apa kalau kamu sedang merasa bahwa hidupmu buruk. Tapi, jangan lupa untuk terus maju ya! Sekecil apapun langkah yang kamu ambil itu akan bermakna untukmu. Karena beautiful things takes time. Semangat!