Pernahkah kamu melihat seseorang yang tegas dan mampu menyampaikan opini dengan jelas?
Atau seseorang yang tidak mudah goyah saat berselisih pendapat?

Jika kamu pernah melihat atau berinteraksi dengan orang tersebut, biasanya mereka adalah orang yang percaya diri dan tidak takut untuk berkata tidak. Orang dengan kepribadian seperti itu umumnya bisa jatuh dalam salah satu kategori, yakni agresif atau asertif. Sekilas keduanya terlihat sama, namun sebenarnya keduanya memiliki perbedaan.

Orang yang agresif cenderung memiliki gaya komunikasi yang dominan, jujur, dan terbuka menunjukkan apa yang dipikirkan dan rasakan. Sementara orang yang asertif tetap dapat tampil tegas dan terbuka dalam menyampaikan pendapatnya namun dengan menghargai posisi orang lain. Orang yang asertif ini masih mau mendengar orang lain dan tahu kapan harus berbicara.

Kemampuan berkomunikasi asertif ini sangat diperlukan di tempat kerja dan ternyata ada banyak gaya komunikasi asertif loh yang disesuaikan dengan kondisi yang sedang dihadapi! Berikut adalah beberapa gaya komunikasi asertif

1. Basic Assertion. Ketika kita mengungkapkan kebutuhan, keinginan, harapan, keyakinan, pendapat, atau perasaan.
2. Emphatic Assertion.  Pengakuan atas perasaan atau keinginan orang lain, kemudian dilanjutkan pernyatan terkait keinginan/ kebutuhan kita.
3. Consequence Assertion. Ketika seseorang tidak mengikuti peraturan, kita memberi konsekuensi atas pelanggaran tersebut untuk mengubah perilakunya.
4. Discrepancy Assertion. Perbedaan antara kesepaktan sebelumnya dengan yang sudah terjadi dan untuk memastikan apakah ada kesalahpahaman antara tindakan dan perkataan.
5. Negative Feelings Assertion.  Ketika kita memiliki perasaan yang negatif, tetapi ingin mengontrol perasaan kita agar tidak menyinggung perasaan lawan bicara. Kita mengatakan apa yang kita rasakan dan lawan bocara mengetahui dampak dari tindakannya.
6. Broken Record. Berbicara dengan cara mengulangi berkali-kali, sehingga lebih siap dan kita lebih tenang sebelum berbicara.